Pages

Monday, 24 October 2016

Mixologist VS Bartender

Jika aksi seorang bartender melempar-lempar botol liquer di balik meja bar dulu membikin terkesima, perhatian kini sedang beralih ke nyaringnya istilah ‘mixologist’. Sebuah kemampuan lebih dari sekedar men-juggling botol, tentunya! 

Mixologist merupakan sebuah perkembangan profesi dari seorang bartender. Seperti perbedaan posisi chef dan cook, walau keduanya sama-sama bekerja di dapur. Kata mixologist sebenarnya sudah terdengar sejak beberapa tahun ini di Jakarta. Namun sepanjang tahun 2011, tiba-tiba saja menjadi istilah yang terlalu mudah disematkan banyak pebisnis bar dan resto, melenyapkan kesakrakalan makna di balik profesi berat ini. Sesuatu yang jarang diluruskan secara luas ke publik, dan potensial menyesatkan mereka yang awam. 
    
Mixologist merupakan istilah keren yang berangkat dari kata ‘mixology’, yang berarti ilmu campur-mencampur bahan. Berkaitan dengan dunia bartending, tentunya mengawinkan beberapa jenis minuman beralkohol (liqueur, wine, sprit), dan non-alkohol (soda, jus, sirup). Adanya embel-embel ‘ist’ merujuk ke sesuatu yang dilakukan dalam kemahiran mafhum. Jadi, bukan sekedar segelas meracik Shirley Temple atau mojito. “Mixology has become a more common used term in recent years and is generally accepted to be a refined, higher study of mixing cocktails and drinks than the everyday actions of bartender”, tekan situs www.mixology.com. 

Setelah seorang bartender fresh graduate atau mereka yang baru melalui tahun awalnya lambat laun menapaki posisi sebagai bar manager, mimpi menjadi mixologist semakin dekat. Di tahap ini, ‘lukisan tangan’ mereka terhadap segelas minuman akan membaik, yakni seimbang dari segi komposisi rasa pahit, getir, asam, dan manis. 

Contohnya saja mixologist terkenal Asia, yakni Joseph Boroski, yang malang melintang sebagai mixologist tamu di bar dan resto mewah Indonesia. Kelihaian membuatnya menjadi konsultan bar, yakni menciptakan minuman sesuai tren dan menyiapkan modul pelatihan bar management. Sebagian besar waktunya dihabiskan di belakang meja, tak lagi di belakang bar. Kecuali tentunya kala ia beraksi sebagai mixologist tamu di pesta-pesta besar. Indra cecap yang tercedaskan berkat waktu membuat pria New York yang kini berbasis di Thailand tersebut dibayar mahal untuk terbang dari pesta ke pesta di Asia. Semuanya demi menghangatkan suasana lewat rasa minumannya yang maha dahsyat!

No comments:

Post a Comment